Jumat, 11 Oktober 2013

Surat dari seorang Ayah untuk kedua Puteranya

When I, your father, have let you down (Ketika aku, ayahmu, telah membuatmu kecewa)

Anak-anakku, tak terhitung berapa kali Ayah membisikkan kata ini ke telingamu, bahwa Ayah mencintaimu. Teringat hari ketika kau terlahir ke dunia ini, aku menggendongmu dengan mata basah oleh haru dan bahagia. Waktu itu aku berjanji akan menjadi seorang Ayah yang baik untukmu dan akan menolongmu menjadi seorang laki-laki sejati dalam hidup....

Hari ini, aku menuliskan surat ini untukmu juga dengan mata basah, tapi bukan karena haru dan bahagia seperti ketika engkau terlahir dulu, tapi karena rasa bersalah kepadamu. Aku, Ayahmu, telah membuatmu kecewa.

Hidup membawaku masuk dalam pusaran perjuangan yang tidak mudah anakku. Terkadang tubuh dan pikiran lelahku tak mampu mengimbangi rasa cintaku kepadamu.

Ketika aku seharusnya mendampingimu dalam hari-harimu, yang aku tahu tidak lebih mudah dari hari-hariku, kenyataannya aku harus bergelut dengan dunia ini demi kita.

Ketika aku seharusnya mendampingi malam-malammu, mengajarimu apa itu sistem perkalian, organ tubuh, dan ilmu hidup, kenyataannya aku lebih memilih memanjakan diriku. Kataku, seorang laki-laki harus memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan untuk sahabat-sahabatnya.

Ketika aku seharusnya meninabobokanmu sambil mendengarkan celotehmu tentang hidupmu yang belia dan menggairahkan, kenyataannya aku lebih memilih bermesraan dengan gadget di tanganku.

Anakku, hari ini, ketika aku melihat redup di matamu dan kuyu di wajahmu. Aku tahu, kau terluka karena merasa telah membuatku kecewa dengan pencapaianmu.

Anakku, ketika amarahku memuncak, dan tak sepatah katapun terucap dari mulutku. Ketahuilah bahwa detik itu juga aku mengerti, bahwa aku, Ayahmu, telah membuatmu kecewa.

Kenyataannya, aku tidak pernah menjadi seorang Ayah yang baik untukmu sebagaimana dulu janjiku ketika menyambut hadirmu dalam hidupku.

Anakku, aku mengerti sekarang: cinta di hatiku, kata-kata cintaku, semua pencapaianku tidak berarti banyak untukmu.

Karena cinta tidak diukur di kedalaman hatiku, juga tidak dalam kata-kata indah penuh bunga dari mulutku, apalagi pencapaianku, tapi cintaku padamu diukur dari sejauh mana aku berani korban untukmu.

Maafkan aku, Ayahmu, karena telah membuatmu kecewa.

Hanya doa, cinta, dan ketulusanmu yang lugu yang mampu memberi aku, Ayahmu, kekuatan untuk berani berkorban demi kau, kedua puteraku, yang kucintai dengan hidupku.

Dari aku, Ayahmu, seorang laki-laki yang juga tidak sempurna sama sepertimu dan juga sedang belajar menjadi laki-laki sejati dalam hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar